Rabu, 03 Juni 2015

Say No To NATO !



Oleh : Ahmad Zakaria 

Mendengar atau menyebut jargon “NATO” yang terngiang awal mula dalam memori kita adalah sebuah bahasan tentang organisasi militer yang di dirikan bersama dari beberapa Negara yang berkoalisi di kawasan Samudera Antlantik atau seringkali diisukan dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (bahasa Inggris: North Atlantic Treaty Organization atau disingkat NATO). NATO sendiri adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Pengamanan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949.
Nama resminya yang lain adalah dalam bahasa Perancis: l'Organisation du Traité de l'Atlantique Nord (OTAN) ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Pertahanan_Atlantik_Utara ). Kalau ditelaah lebih mendalam sedikit dari istilah NATO (red. kepanjangannya) memang sejalan dengan judul diatas, karena memang yang kita ketahui dengan istilah NATO adalah pasukan yang seringkali juga berkoalisi dengan Negara-Negara non islam seperti Israel, Amerika Serikat, Jerman dll, dalam menyerang negara-negara islam seperti agresi militer di Afganistan, Iran, Jalur Gaza dan negara islam lainnya, sehingga terkesan judul akan mengupas persoalan antipati kepada pasukan NATO. Namun, yang dimaksud dalam tulisan ini “NATO” yaitu sebuah istilah plesetan yang digunakan untuk sebagian orang yang lebih banyak beretorika dari pada beretika, lebih banyak berkonsep daripada praktek, lebih banyak idealitas daripada realitas, “NATO” yang dimaksud dalam uraian ini mempunyai kepanjangan dari kata “Not Action Talk Only” yang berarti hanya berbicara tanpa aksi / perbuatan. Senada dengan sebuah pesan dalam iklan sebuah rokok Class Mild yang juga searah yaitu “Talk Less Do More” yang artinya sedikit bicara, perbanyak tindakan (http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com). Kemampuan retorika atau beradu argumentasi bukanlah sebuah skill yang dimiliki oleh sembarang orang, untuk memilikinya dibutuhkan waktu yang panjang atau memang karena kepemilikan bakat yang terasah. Secara umum orang yang mempunyai kelebihan dalam retorika akan terpilih sebagai leader / pemimpin. Pancaran kewibawaan seseorang pada umumnya akan tampak ketika dia mampu berbicara dengan fasih dan lancar dalam sebuah forum atau khalayak publik. Kandungan makna talk only disini bukan hanya sekedar kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik untuk orang lain, tapi lebih dari itu ketika orang yang memiliki potensi retoris ini juga mampu meninabobokan orang lain dengan kepiawaian mengolah kata. Serentetan tokoh dunia seperti ; Hitler, Bung Karno, Benazir Buto, Musolini dll. adalah daftar orang-orang yang memiliki kemampuan dalam beretorika dengan baik. Tak heran jikalau sebutan “singa podium” menempel dalam pundak mereka. Tapi beretorika dengan baik tanpa dibarengi dengan praktek yang nyata, laksana memanggang daging jauh dari api.
Telah disinggung oleh M.H.Haekal (dalam Agustian, 2001 : 162-163) tentang kisah sebuah kepemimpinan yang telah diakui seluruh dunia dan kisahnya tak pernah lekang oleh rotasi zaman. Yaitu kisah tentang tindakan seorang pemimpin dunia yang oleh Michael H.Hart dalam bukunya “100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia” telah ditulis sebagai orang yang menduduki ranking pertama dari seratus urutan tokoh dunia tersebut. Rasulullah dalam memberi uswah / contoh bagi para sahabat dan umatnya dalam melakukan tindakan kesehariannya kerapkali di jumpai lebih mendahului praktek daripada konsep seperti yang terjadi ketika beliau dalam menghadapi sebuah persoalan / problem peletakan Hajar Aswad, dimana orang-orang yang di beri hak untuk meletakkan Hajar Aswad adalah orang terhormat dalam hal ini para kepala suku (kabilah) tersohor di Mekah kala itu. Akan tetapi pada waktu itu semua pemimpin kabilah terkemuka Mekkah mengakui dan menjustifikasi diri mereka adalah sama-sama orang yang berhak menerima mandat tersebut. Kehadiran Rasulullah pada waktu itu, menjadi figur yang mampu mendinginkan suasana. Sejenak setelah negosiasi dengan para tokoh terkemuka dari masing-masing kabilah, akhirnya di sepakati untuk setiap pimpinan kabilah memegang sudut kain pembawa Hajar Aswad. Tanpa banyak bicara Rasulullah, kemudian mengangkat salah satu sudut kain itu dan mengajak kepada semua perwakilan dari masing-masing kabilah untuk memegang setiap sudut kain pembawa Hajar Aswad, bersama-sama Rasulullah diletakkan disamping Ka’bah.
Apa yang tersirat dalam sepotong kisah diatas adalah sebuah sumbangsih gagasan dan praktek nyata ketika menghadapi sebuah persoalan pelik dalam masyarakat yang majemuk, tetapi sebuah tindakan nyata dari realisasi konsep yang kita ucapkan haruslah terlaksana dalam kehidupan bersama masyarakat sehingga jangan sampai lahir jargon pepatah yang mengatakan “janganlah menjadi orang kebanyakan, jika kamu tidak ingin menjadi orang kebanyakan ”agar tidak sampai menyinggung kehidupan kita. Pemimpin yang arif selayaknyalah mampu untuk mengetahui dan merasakan penderitaan rakyatnya tanpa harus terlebih dahulu mengorbankan mereka yang papa (lemah), terkadang pula penderitaan mereka tersentuh ketika situasi dan kondisi yang mereka alami terekspos ke publik, meskipun pada sejatinya itu adalah aib bagi mereka, namun itu adalah jalan satu-satunya untuk meyentuh hati seorang pemimpin. Beberapa catatan merah peristiwa yang perlu kita refleksikan adalah : Peristiwa Mesuji dengan pembantaianya, Peristiwa Antrian Zakat di kota Malang yang banyak menyisakan korban, maraknya Peristiwa Penggusuran Tanah pedagang kaki lima dan peristiwa-peristiwa lainnya yang seharusnya mendapat sorotan utama dan renungan.
Dalam Al-Qur’an surat al-Isra’: 36 telah di wanti-wanti tentang persoalan menjaga setiap tutur kata atau janji-janji yang kita lontarkan yaitu: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Dan beberapa bulan yang lalu kita mungkin mendengar sebuah berita yang cukup heboh di Negara Chile karena tindakannya sebagai seorang Nomor Satu di Negara Chile cukup kita acungi jempol, karena beliau tanpa basa-basi (jajak pendapat) dalam menangani persoalan yang sedang terjadi pada rakyatnya sehingga publik pun cukup simpatik terhadap presiden tersebut, dialah presiden Chile. Tepatnya kejadian runtuhnya gua tembaga dan emas itu terjadi di kawasan utara Gurun Atacama, Chile pada tanggal 5 Agustus 2010 yang menyebabkan 33 penambangnya terjebak selama 69 hari di dalam gua tersebut. Sebastian Pinera, yang pada waktu itu menjabat sebagai presiden, berpartisipasi langsung dalam misi penyelamatan tersebut sembari memberikan intruksi untuk menyiapkan segala sesuatunya kepada para pihak berwajib, pula memberikan semangat kepada para anggota keluarga penambang untuk tetap optimis. Setelah para penambang satu persatu terselamatkan presiden Sebastian Pinera merangkulnya sembari meneriakkan "Hidup Cili, Hidup Cili!" sebagai sebuah ungkapan simpati dan kebahagiaan yang tak terhingga atas keselamatan rakyatnya. Fenomena yang cukup menyentuh hati kita, ikatan sebuah kekeluargaan yang tinggi, prototype pemimpin yang merakyat dan figur-praksis yang di contohkan oleh Sebastian Pinera kiranya cukup representative dalam bahasan “Say No To NATO” ini untuk direnungkan (www.haluankepri.com).
Sedikit potret kehidupan seorang pemimpin yang mampu mengontrol ambisi dalam menjanjikan sebuah konsep dan tindakan relevan tanpa melahirkan sebuah beban moral dan mental bagi diri kita sendiri. Karena sebuah janji yang terlontar dari kita sendiri akan menimbulkan sebuah beban hukum dan moral. Prof.DR. Quraisy Shihab dalam karyanya Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an) Surat At-Tahrim: 6-7, sedikit menyinggung persoalan dakwah yang harusnya di mulai dari rumah yang mencakup diri sendiri, keluarga dan masyarakat sehingga apabila kalian lalai dalam ihwal pendidikan dan dakwah yang sepatutnya dimulai dari masyarakat paling kecil (keluarga) maka nerakalah yang menjadi akibatnya . Digambarkan oleh Quraisy Shihab dalam Tafsir Misbahnya bahwa bahan bakar neraka itu berasal dari manusia2 yang kafir dan batu2 yang dijadikan berhala. Bahkan Thabathaba’I dalam Shihab menambahkan tentang penafsiran manusia yang menjadi bahan bakar bahwa manusia terbakar dengan sendirinya di neraka akibat lalai dalam pendidikan dan dakwah terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Berikut beberapa pakem TuPokSi (Tugas Pokok Fungsi) implikasi dari seorang pemimpin dalam skop pemikiran Quraisy Shihab dalam Tafsir Al-Misbahnya : Pemimpin Diri Sendiri Sebuah tindakan dan prilaku seorang pemimpin akan lebih mulia, arif dan berwibawa, ketika mereka mampu untuk memulai semua yang mereka ucapkan dari sendiri, berdasarkan dalil Al-Qur’an yang telah disebutkan diatas….”Quu Anfusakum Wa Ahliikum Naara” yang artinya “Jagalah Diri Kalian dan Keluarga Kalian Dari Neraka”.
Senada dengan apa yang sudah di sabdakan Rasulullah pada 15 abad silam bahwa kita semua adalah (pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab dengan apa yang dipimpinnya) dalam redaksi haditsnya : “Kullukum Ra’in Wa Kullukum Mas’ulun ‘Anra’iyatihi” (Al-Hasyimi, 1995: 354) termasuk pesan eksplisit dalam hadits diatas untuk selalu mengawali segala sesuatunya dari diri kita sendiri. Begitu pula dengan pepatah “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” adalah sebuah perintah tersembunyi dari sebuah seuntai kata emas yang terkesan remeh, namun berfilosofis tinggi untuk kemudian di ejawantahkan dalam keseharian kita. Terutama ketika berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana terpikir secara matang-matang dahulu sebelum kita berbicara ini agar tidak menimbulkan sebuah ketersinggungan hati yang akan berakhir dengan pertengkaran, perkelahian dan perselisihan. Seringkali kita dengar sebuah kata plesetan iklan salah satu kartu seluler “Mulutmu Harimaumu” (http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion) sebagai sebuah pesan moral terhadap siapa saja agar mampu menjaga mulut kita agar tepat sasaran dalam komunikasi antar personal. Pemimpin Keluarga Beralih kepada opsi yang kedua dari ayat diatas, bahwa disamping kita sebagai pemimpin bagi diri sendiri kita juga menjadi pemimpin bagi keluarga kita sendiri …”Wa Ahlikum Naara” dan wilayah tanggung jawab yang menjadi amanah lebih luas dan berat karena dibelakang ayat tersebut berimplikasi kepada “Naara” yang artinya neraka, singkat kata apabila kita gagal dalam memimpin diri sendiri dan keluarga hingga masyarakat yang kita pimpin, maka nerakalah balasannya.
Penulis sengaja menambah ranah cakupan gerak kepimpinan kepada masyarakat yang lebih luas karena memang masyarakat adalah organisme yang terbentuk dari keluarga, dimana keluarga dalam perspektif Santo Thomas Aquinas dalam Azhar (1997: 32) adalah merupakan organisasi sosial pertama sebelum adanya masyarakat. Singkat kata apabila kita bisa memanage keluarga secara optimal dan sempurna, maka untuk urusan yang lebih luas dalam hal ini masyarakat, insyaallah mampu berjalan dengan efektif bercermin kepada kepemimpinan keluarga. Pembahasan masa depan keluarga dan juga anak-anak kita di kehidupan episode berikutnya ini pernah dilakukan oleh seorang Tabi’in yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an.
Pesan Lukman Al-Hakim didalam Al-Qur’an yang harus ditanamkan dalam diri anak sebelum beranjak remaja adalah surat Al-Lukman : 13-16 Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Perintah secara universal kepemimpinan juga difirmankan dalam sebuah Shaf: 2-4 dalam Al-Qur’an : Yang Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (As-Shaf : 2-4). dari ayat diatas dapat kita petik sebuah pelajaran untuk lebih baik diam daripada berbicara yang tidak bernilai karena itu adalah sebuah prinsip yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin (baik bagi diri sendiri maupun orang lain), karena diam yang emas adalah diam untuk bertafakkur dan memahami pesan alam akan apa yang akan diucapkan, dan perkataan yang bijak adalah perkataan yang muncul dari hati nurani tanpa campur tangan hawa nafsu / ambisi.

Referensi (Bahan Bacaan)

1. Agustian, Ari Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Penerbit Arga : Jakarta.
2. (http://www.haluan.kepri) di akses pada tanggal 04.28.2011 (01.26 PM)
3. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Pertahanan_Atlantik_Utara) di akses pada tanggal 30.12.2012 (08.04 PM).
4. Huntington Hart, Michael. 2001. Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Pustaka Jaya : Jakarta Pusat. Penerjemah : Mahbub Djunaidi
5. Shihab, Quraisy. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, )Vol 14. Lentera Hati : Jakarta.
6. 1977.Tarjamah Riadhus Shalihin II. PT.Al-Ma’arif: Bandung. Penerjemah : Salim Bahreisy
7. (http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com) di akses tanggal 01.06.2012 (03.13 AM)
8. Hasyimi, Sayyid Ahmad. 1995. Terjemah Mukhtarul Hadits. Pustaka Amani: Jakarta. Penerjemah: Drs. Mahmud Zaini.
9. (http://www.kompasiana.com/posts/type/opinion) Slogan Kartu Seluler AS. di akses 01.03.2012 (11.55 AM). 10. Azhar, Muhammad. 1997. Filsafat Politik (Perbandingan Antara Islam dan Barat). PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Tidak ada komentar: